Rabu, 18 Maret 2009

artikel moving class

Setelah kebakaran, SMP Labschool Jakarta mengadakan suatu program yang bernama moving class. Program ini sudah banyak dilakukan di sekolah lain di Indonesia yang berstandar Internasional. Moving class adalah suatu sistem dimana murid yang mencari guru, bukan sebaliknya. Jadi guru hanya menunggu di kelas sementara siswa yang berpindah. Langkah ini diambil karena terjadi kebocoran kelas dan kelas yang tidak layak pakai sehingga sangat tidak adil jika satu kelas ketetesan air sementara kelas lain belajar dengan tenang. Namun saya sendiri sangat tidak menyetujui adanya moving class ini. Menurut saya lebih banyak kerugian yg dirasakan oleh siswa dan banyak ketidaknyamanan belajar yang disebabkan oleh program ini. Kerugian tersebut antara lain :

1.Tersitanya banyak waktu karena keadaan pada saat moving sangat padat sehingga menghalangi kecepatan perpindahan.

2.Karena terlalu banyak waktu yang tersita, jam pelajaran menjadi sangat singkat dan mengakibatkan guru terburu-buru dalam menjelaskan pelajaran dan siswa yang terburu-buru mencatat sehingga menghalangi pembelajaran yang efektif dan nyaman.

3.Banyaknya resiko kehilangan barang dan fasilitas yang lebih cepat rusak. Hal ini dibuktikan pada saat sebelum moving class dihentikan. Banyak meja, kursi, dan tembok yang rusak karena siswa merasa tidak bertanggung jawab terhadap kelas.

4.Selain kerusakan fasilitas, masalah sampah juga sangat mengganggu. Banyak siswa yang merasa tidak bertanggung jawab terhadap kelas yang ditinggalkan dan membuang sampah sembarangan, terutama di kolong meja. Hal ini dikarenakan siswa merasa sedang tidak berada di kelas sendiri.

5.Bawaan yang banyak dan berat membuat kerepotan saat moving. Belum lagi beratnya tas yang siswa bawa. Hal ini juga tidak mendapat perhatian dari sekolah. Sebenarnya masalah ini dapat diperbaiki dengan adanya loker. Namun sampai saat ini, loker yang terbakar belum juga diganti oleh sekolah.

6.Siswa tidak bisa mengerjakan tes dengan tenang karena dikejar waktu dan juga kebisingan siswa yang menunggu untuk memakai kelas untuk jam pelajaran berikutnya.

7.Pada saat olahraga, tas harus dibawa atau ditaruh di kantin atau di tribun sehingga meningkatkan kekhawatiran dan resiko kehilangan barang.

Dari penyebab diatas, dapat disimpulkan bahwa moving class sangat tidak efisien. Lagipula semua kelas sudah dalam kondisi baik dan layak untuk dipakai. Jika alasan moving class agar siswa kelas 7 dan 8 dapat merasakan kelas yang baru, mereka pun akan merasakan kelas tersebut saat tahun ajaran yang akan datang dan mungkin dengan fasilitas yang baik dan lebih bagus pula. Jika alasannya agar siswa tidak keluar kelas pada saat pergantian pelajaran, maka moving class sangat tidak masuk akal karena malah semakin besar kemungkinan siswa akan keluar kelas dan membuat keributan. Moving class boleh saja dilaksanakan, asalkan dengan persiapan yang maksimal dan evaluasi serta memungkinkan pembelajaran yang efektif. Bukannya malah merepotkan dan membuat bingung seperti yang terjadi saat ini dan membuat siswa semakin tidak menyukai kebijakan moving class. Lagipula sampai saat ini, hampir seluruh siswa tidak mengerti apa gunanya moving class selain merepotkan siswa dan memudahkan guru. Jadi, banyak yang berpendapat negatif tentang moving class.
Jika ditanya mengenai keuntungan moving class, saya hanya bisa menjawab sedikit saja. Moving class memang membuat segar dan tidak mengantuk ketika berpindah kelas saat pergantian pelajaran. Tapi karena capai membawa buku yang berat akibat tidak ada loker, saya merasa semakin mengantuk dan tidak nyaman untuk belajar. Dan seharusnya sekolah lebih memperhatikan kenyamanan siswanya belajar ketimbang keinginan menjadi sekolah dengan standar internasional.

Tidak ada komentar: